Selamat Datang di Panti Asuhan (Yatim Piatu “Yayasan Bahrul Ulum”, melalui website ini, kami mengajak anda para dermawan untuk bersama-sama memperhatikan anak - anak yatim piatu,
yatim dan piatu dengan beramal, bersodakoh, menginfaqkan sebagian harta
anda melalui Yayasan Bahrul Ulum yang akan kami salurkan kepada
anak-anak yatim piatu, yatim dan piatu. Insya Allah dengan amanah " Hidup lebih berarti dengan berbagi".
Namun sebelumnya, mohon kesediaan anda untuk menelusuri web ini agar
lebih mengetahui tentang Yayasan Bahrul Ulum, Atas apa yang telah anda
infaqkan, kami mengucapkan "Jazakumullah khairan katsira".
LANDASAN : Dalam menjalankan organisasi Yayasan Bahrul Ulum, berlandaskan pada Alqur'an dan Alhadits sebagai berikut :
(QS; Al-Baqarah : 177).
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan
orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya;
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa"
(QS; Saba' : 39). "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya"
(QS; Saba' : 39). "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya"
(HR Bukhari : Kitab Azzakah).
"Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali didalamnya terdapat
dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo'a, "Ya Allah, berikanlah
pada orang yang berinfak ganti (dari apa yang dia infakkan)". Sedang
yang lain berkata, "Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan
(hartanya) kebinasaan"
Pemeliharaan
dan pembinaan anak yatim bukan hanya sebatas pada hal-hal yang bersifat
fisik semata, seperti makanan, minuman, dan pakaian. Pembinaan yang
dilakukan juga harus memperhatikan masalah psikisnya, seperti memberikan
perhatian, kasih sayang, perlakuan lemah lembut, bimbingan akhlak, dan
lain sebagainya. Dalam Al-Quran, Allah Swt. berfirman, “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.” (Q.S. Adh-Dhuha [93]: 9)
Dalam
ayat lain ditegaskan, “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim.” (Q.S. Al-Maa’uun [107]: 1-2)
Artinya,
kewajiban memberikan kasih sayang, pengajaran sopan santun, dan segala
perlakuan yang baik berbanding lurus dengan kewajiban pemberian materi.
Demikianlah Islam mengajarkan kepada kita tentang etika berinteraksi
dengan anak yatim.
Berbahagialah orang-orang yang di rumahnya terdapat anak yatim karena Rasulullah memberikan jaminan :
PERTAMA,
memiliki pahala yang setaraf dengan jihad. Rasulullah Saw. pernah
bersabda, “Barang siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan
bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan orang
yang keluar setiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk berjihad di
jalan Allah. Dan kelak di surga bersamaku bagaikan saudara,
sebagaimana kedua jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.” (H.R.
Ibnu Majah)
KEDUA,
mendapat perlindungan di hari kiamat. Rasulullah Saw. bersabda, “Demi
Allah yang mengutusku dengan kebenaran, di hari kiamat Allah Swt. tidak
akan mengazab orang yang mengasihi anak yatim, dan bersikap ramah
kepadanya, serta bertutur kata yang manis. Dia benar-benar menyayangi anak yatim
dan memaklumi kelemahannya, dan tidak menyombongkan diri pada
tetangganya atas kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.” (H.R.
Thabrani)
KETIGA, masuk surga dengan mudah. Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang memelihara anak yatim
di tengah kaum muslimin untuk memberi makan dan minum, maka pasti Allah
memasukkannya ke dalam surga, kecuali jika ia telah berbuat dosa yang
tidak dapat diampuni.” (H.R. Tirmidzi)